
Puisi-Puisi Mia Aspiwati
Puisi    Minggu 20 Desember 2020    11:47:45 WIBHujan Malam Ini
Hujan mengapa
Diwaktu ini
Hujan turun
Dan membasahiku
Tidakkah kau tahu
Aku berdiam diri
Di bawah pohon rindang
Yang sedang menanti
Menantikan, sosok
Yang kerap tampak
Tapi hujan
Telah turun
Dan harapanku
Kini pupus,
Dirinya pun tak
Kunjung tiba!
Si Bunga Malang
Hari-hariku sendiri
Serasa hidup tak berarti
Hari-hariku sendiri
Menitih sungai tanpa jembatan
Hari-hariku sendiri
Bersandar tanpa pangkuan
Hari-hariku sendiri
Tak ada tempat
Untuk bercurah hati
Hari-hariku sendiri
Merasakan hampa
Hari-hariku sendiri
Bagai hidup di alam kubur
Air Mata Tak Bersalah
Air mata
Apalah arti kau jatuh
Air mata
Untuk siapa kau bersedih
Air mata
Dimanakah tempat
Kesedihan itu tiba
Air mata
Mengapa kau jatuh
Sehingga basahi pipi ini
bagaimana cara
Untuk menghentikanmu
Dan sampai kapan berakhir!
Kau kan Mengerti
Tersebab ku tak ingin kau tahu
Biarlah haku saja yang menyimpan
Luka yang menyayat hati
Duka yang menenggelamkan jiwa
Hingga air mata tumpah
Tak tertampung,
Sampai rasa pun hanyut
Dan haku memilih bunuh diri
Corona
Hey corona
Apa masalahmu
Haku tak pernah
Mengusikmu
Lalu...
Kenapa?
Kau tiba-tiba
Menyerang,
Sampai kau
Memangsa seluruh
Bangsa jiwa
Sungguh,
Ganas!
Ini Dosa
Tak pernahku tahu
Tak pernahku rasa
Tak pernahku pikir
Tak pernahku sadar
Sudah banyakkah
Bertahun-tahun
Waktu-kewaktu
Yang berjalan
Mengapa tidak aku coba
Untuk menghapusnya
Mengapa tidak aku coba
Untuk merubah
Mengapa!
Ini dosa
Terus membelit jiwa
Tekat
Ini kepala keras bagai batu
Tulang yang kokoh bagai pondasi
Darah bagai api yang berkobar
Tak ada sedikit pun
Yang berani
Meringkusnya
Hampir Jatuh
Sudahku memulainya
Tapi salah
Namunku mencobanya lagi
Tapi gagal
Dan haku mengulangnya kembali
Tapi hancur
Lalu,
Ku hayati
Oh, ternyata begitu
Apa Maumu
Biarkan saja
Untuk apa peduli
Selama ini
Masih saja kau ragu
Masih saja kau bimbang
Masih saja kau diam
Maka, apa arti
Pengorbananku selama ini!
Lelah aku menunggu
Si Biang
Sebilang petuah
Meruak-ruak
Kemana-mana
Terjadilah perpecahan
Bagai srigala
Berbulu domba
Yang senang
Menebar caci
Takkan Pernah Ada
Tak pernahkah
Kau sadar
Kau telah
Menyiksaku
dalam ikatan
Yang tak bersimpul
Kau yang selalu
Menghindar
Namunku tak sempat
Ungkapkan semua
Karna kau
Anggap diriku
Hanya butiran debu
Yang ditiup angin
Meski hati ini
Akan selalu sunyi
Menggema
Apak kau tidak puas
Mengutukku
Dengan mulutmu
Yang berbisa
Sampai hati ini
Penuh bergelimangkan racun
Tak pernah sedikit saja
Diriku pantas dimatamu
Apa seharam itukah
Bagaikan bangkai anjing
Yang sudah busuk
Haku pinta padamu
Beri waktu
Agarku berubah
Sekutu Bala
Kian hari
Mereka menitis
Sari pati
Sekumpulan bunga
Haku heran
Dikemanakan
Sari pati itu
Sungguh perihal
Yang menjadi beban
Dan masih membenak dikepala
Meresap Sunyi
Pagi hariku rasa dingin
Siang hariku rasa gersang
Malam hariku rasa lenyap
Hari-hariku rasa hampa
Jiwa kaku, beku, bagai batu
Dilema
Hati pilu
Disayat rindu
Jiwa hangus
Terbakar sunyi
Terngiang-giang
Di beban hari
Mengelilingi bumi jiwa
Selendang Gemulai
Lenggak-lenggok
Sibunga menari
Ayun-berayun
Daun-daun riang
Bertebangan dibawa
Angin kencang
Senandungkan alunan
Lagu nan merdu
Lemah gemulai
Putri menyambut
Senyum manis berkulum
Dambaan hati
Mengais Rindu
Haku rela
Mendaki gunung
Hanya demi rindu
Tak bisa ku tepis
Semua keraguaan
Bila bisa ku ulang
Kembali kisah
Yang hanyut
Tak berbekas itu
Pastikan, ku dapati
Ada 1 Komentar untuk Berita Ini
tadalafil coupon - <a href="http://tadalafiltbs.com/">cialis tadalafil 80 mg reviews</a> tadalafil online http://tadalafiltbs.com/