
Kajian Heuristik dan Hermaunuetik Pada Puisi “Puisi Atah Roy Kepada Leman Lengkung” Karya Han
Telaah    Kamis 07 Maret 2019    23:46:02 WIBOleh Alpino
Karya sastra merupakan buahpikir pengarang yang ditangkap dari permasalahan-permasalahan yang hadir dalam masyrakat serta pandangan pengarang dalam meangatasi permasalah tersebut.Damono dalam wicaksono menyatakan bahwa “karya sastra menampilkan gambaran kehidupanan dan kehidupan itu sendiri merupakan suatu kenyatan sosial” (2014:1).Sedangkan menurut Sugihastuti (2007:81-82) karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengrang untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya.
Diantara berbagai karya sastra salah satunya yaitu puisi, puisi merupakan pilihan kata indah memiliki banyak makna dengan kata yang cederung sedikit seperti yang disampaikan olehColeridge dalam Suryaman, (2013:16) puisi adalah kata terindah dari susunan terindah.Ditambah menurut (Emerson dalam Sutoyo, 2016:1) puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata sesedikit mungkin.
Di dalam puisi terdapat susunan kata-kata yang dipilih dan dirangkai untuk menimbulkan efek tertentu dengan maksud yang lebih luas. Puisi memiliki kekuatan-kekuatan terhadap pembaca agar merasa lebih simpati dan empati. Kekuatan-kekuatan inilah yang disampaikan penyair untuk mengungkapkan maksud dan gagasan agar dapat menyentuh perasaan, imajinasi, dan pikiran pembaca serta berbagai potensi-potensi atau kekuatan-kekuatan lainya. Dengan pemilihan diksi yang tepat, penggunaan majas, penyusunan ritme, dan gambaranyang ingin disampaikan oleh pengarang dapat mewakili perasaan pembaca.Pilihan diksi yang tepat dapat menimbulkan Irama dan tempo yang dikehendaki. Hal ini selaras dengan yang disampakanoleh beberapa tokoh berikut: (Carlyle dalam suryaman, 2013:16) puisi adalah hasil pemikiran yang bersifat musikal. (Wordsworth dalam suryaman, 2013:16-17) puisi merupakan pernyataan perasaan imajinatif, yakni perasaan yang diangankan.Sedangkan menurut.(Dunton dalam suyono, 2013:17) menyatakan bahwa puisi merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional dan berirama.
Semiotik merupakan salah satu kajian untuk menentukan makna dalam sebuah puisi, yang memungkinkan para kritikus sastra menemukan tanda-tanda dan menemukan makna atau maksud tersembunyi yang disampaikan oleh pengarang dalam puisinya.Menurut Teeuw dalam Ratih (2016:1) semiotik adalah ilmu sastra yang sungguh-sungguh mencoba menemukan konvensi-konvensi yang memungkinkan adanya makna.selanjutnyaSemiotik juga mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti (Premiger dalam Ratih,2016:1).
Berbagai metode yang digunakan penyair untuk mengukap makna suatu puisi salah satunya yang paling cocok adalah metode heuristic dan hermeneutik yang dkemukakan oleh Rifatter.Menurut Rifattrre dalam Ratih (2016:5) semiotik Riffaterre inilah yang paling tepat digunakan dalam sebuah sajak karena analisanya mengarah pada pemberian makna sebuah karya sastra(sajak). Selanjutnya Pradopo dalam Ratih(2005:124-129)menyatakan salah satu konvensi sastra tentang ketidaklangsungan ekpresi menurut Riffaterreyang dijabarkan dengan metode pembacaan heuristic dan hermeneutic. Penbacaan heuristic adalah pembacan puisi berdasarkan konvensi bahasanya, sedangkan pembacaan hurmeneutik adalah pembacan puisi berdasarkan konvensi sastranya.
Dilatar belakangi melihat kondisi ekonomi masyarakat melayu riau yang banyak miskin di atas tanah yang kaya akan sumberdaya alam khususnya minyak muncul seorang Hang Kafrawi,ia merupakan seorang penyair riau yang dalam sajak-sajak puisinya kental akan perjuangan pengembalian hak-hak masyarakat Melayu Riau yang ambil paksa baik secara konstitusi maupun inkonstitusi.
Berikut salah satu analisi heuristic dan hermenuetik puisi Hang Kafrawi yang berjudul “puisi atah roy kepada leman lengkung”
Puisi Atah Roy Kepada leman Lengkung
Man, jangan pernah kau panjat pokok hari!
Jangan, aku tak ingin petir pecah di telingamu
Siapa yang akan mendengar sumpah serapahku?
Kau pelita dalam gelap yang mengelayut di pundaku
Man, perahu yang kau tambat di pelabuhan itu, kini
hampir tembuk dimakan gelombang
Cepat berlayar, jangan kau tunggu aku melempar sauh marahku
Tinggalkanlah segala dendammu di tebing yang semakin meranggas
Lawan itu arus, kau harus jadi lanun di hatimu sendiri
Punggah segala cahaya sebelum meredup
Man, jangan kau tatap mataku dengan air mata
Terbanglah dengan sayap api yang baru aku beli
Mahal harganya, tapi kerelaan adalah busurcinta
Aku tak akan pernah menyesal demi pengorbanan
Man, sungai tempat kita menyemai mimpi
Telah menyempit tersebab kita terlena
Musim bermusim seperti pisau mengiris pelipis
Kebutaan juga yang menutup mata kita
Man, kemarau ini tidak akan berhenti
Tanah kita semakin merekah
Aku inngin kau jadi hujan sekaligus badai
Agar mereka tahu, kau anak melayu
Penbacaan heuristik
Penbacaan heuristic adalah pembacaan pada tinggkat pertama seperti yang telah dijelaskan di atas. Agar mempermudah dalam memperjelas arti, bila perlu diberi sisipan kata-kata dalam kurung untuk menerangkat apa yang disampaikan pengarang tanpa mengubah maknya dan mencarikan kata sinomin.
Bait ke-1
Man, jangan pernah kau panjat pokok hari (jalani hari-hari yang keras) !.Jangan,(karena) aku tak ingin (jika ada)petir pecah(mati) di telingamu.(jika itu terjadi)Siapa yang akan mendengar (keresahanku) sumpah serapahku?. Kau pelita (penerang) dalam gelap yang mengelayut di pundaku
Bait ke-2
Man, perahu yang kau tambat di pelabuhan itu (tempat menungu), kini hampir tembuk dimakan gelombang (dihempas badai digulung ombak). Cepat berlayar (cepat pergi), jangan kau tunggu aku melempar sauh marahku (jangan sampai aku marah).Tinggalkanlah segala dendammu di tebing yang semakin meranggas( tanah yang kering).Lawan itu arus, kau harus jadi lanun(pengendali) di hatimu sendiri. Punggah segala cahaya sebelum meredup (menerangi kembali)
Bait ke-3
Man, jangan kau tatap mataku dengan air mata (jangan kau menangis).Terbanglah dengan sayap api (suatu bekal mermanfaat) yang baru aku beli. Mahal harganya, tapi kerelaan adalah busurcinta (keiklasan itu indah).Aku tak akan pernah menyesal demi pengorbanan
Bait ke-4
Man, sungai tempat kita menyemai mimpi( tempat berharap).(sekarang) Telah menyempit tersebab kita terlena.Musim bermusim seperti pisau mengiris pelipis( waktu yang terus berjalan). Kebutaan juga yang menutup mata kita (lupa akan waktu)
Bait ke-5
Man, kemarau (kesusahan) ini tidak akan berhenti. Tanah kita semakin merekah (tersiksa).Aku inngin kau jadi hujan (penyejuk) sekaligus badai (penghancur).Agar mereka tahu, kau anak melayu
Penbacaan heuristic
Berangkat dari pembacaan tingkat pertama di atas “puisi atah roy kepada leman lengkunk” mengambarkan suatu tokoh senyuruh temanya untuk pergi memcari pembekalan untuk mengembalikan harapan suatu negeri. Berikut gambaran seluruh puisi ini.
Bait ke-1
Seorang (Atah Roy)berkata kepada seorang temanya (Leman Lengkung) untuk tidak menjalai kehidupan yang keras atau di luar hukumyang sah mencoba main hakim sendiri (jangan pernah kau panjat pokok hari). Ia tidak ingin kehilangan temanya atau ditinggal mati oleh temanya akibat perlawanannya terhadap suatu permasalahan (aku tak ingin petir pecah ditelingamu). Jika temanya ini mati siapa lagi yang akan menjadi teman sebagai tempat bertukar pikran denganya dan menegur jika terjadi kesalahan (siapa yang akan mendenganr sumpah serapahku) ( kau pelita dalam gelap yang menghayut di pundakku)
Bait ke-2
Sebab lama menunggu pada diri si Man perlahan ada sesuatu pada dirinya antara badanya atau usianya yang di gambarkan sebagai (perahu) kian hari semakin mengalami penurunan, badan atau usianya ini terus mengalami penurunan baik bertambah tua atau bandan yang sakit sakitan, tidak hanya itu juga bisa diartikan pada perampasan hak-hak sosial, hak-hak warga Negara oleh suatu kekuatan yang besar( hampir tembuk dimakan gelombang). Sebelum marah Atah Roy menyuruh pergi temannya untuk pergi (cepat berlayar) untuk melawan kekuatan itu (lawan itu arus). Atah roy menyuru temanya untuk meluruska niat sebelum pergi (tinggalkanlah segala dendamu) meninggalkan negerinya yang sedang mengalami sesuatu permasalahan yang berhubungan dengan sumberdaya alam dalam tanahdan terus berlangsung (ditebing yang semakin meranggas)
Atah roy menyuruh temannya melawan kekuatan itu (arus), kau harus jadi manusia yang berdiri di atas kaki sendiri (lanun) atau kau harus bebas dari segalah kekuatan-kekuatan itu untuk memaknurkan negerinya yang sekarang hampir melarat (pungga segala cahaya sebelum merebupt)
Bait ke-3
Sebelum berpisah si Man merasa sedih( jangan kau tatap mataku dengan air mata)Atah Roy berkorban sesuatu (sayap api) yang sangat berarti banginya (mahal harganya) sayap api ini bisa bearti harta, nyawa, atau pun jabatan. Denga pengorbanan itu atah roy sangat senang atau bangga (busur cinta) dan tidak menyesal dengan apa yang dia korbankan
Bait ke-4
Suatau negeri yang disini diwakili oleh sungai hampir kehilangan harapan akibat melalaikan suatu permasalahan( tersebab kita terlena), sehinga lama waktu berlalu perlahan perampas (musim bermusim mengiris pelipis) iniyang membuat mereka akan kehilangan negeri sendiri atau akan menjadi budak di negeri sendiri (kebutaan juga yang menutup mata kita)
Bait ke-5
Sermasalahan ini akan terus berlanjut (kemarau ini tidak akan pernah berhenti) sumber daya alam kita terus dirampas( tanah kita merekah) Atah Roy menginginkan Leman Lengkung untuk memperbaiki negerinya yang sumber daya alamnya diambil dan memberi pelajaran atau hukuman bagi mereka yang merampas sumberdaya alam (aku ingin kau menjadi hujan sekaligus badai ) itu supaya mereka tahu bahwa anak melayu masih ada( agak meraka tahu kau anak Melayu).
Kesimpulan
Dalam puisi ini seorang yang bernama Atah Roy menyarankan kepada temanya yang bernama Leman Lengku untuk melawan sesuatu kekuatan yang merampas sumber daya alam khusunya yang ada dalam tanah di negeri Melayu. Dalam perjalananya melawan kekuatan tersebut atah roy berkorban sesuatu yang sanga berhaga baginya untuk bekal Leman Lengkung untuk melawan. Perlawanan ini juga menu jukan bahwa anak Melayu masih ada dan peduli pada negerinya.
Alpino adalah mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Lancang Kuning